DPRD Maluku Lakukan Kunjungan Kerja ke NTT

Ambon, Malukupost.com – Komisi A DPRD Maluku melakukan Kunjungan Kerja (Kuker) ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selama tiga hari. tertanggal 28,29 hingga 30 Juli 2019. Kuker ini, untuk membahas bidang perdagangan dan pariwisata. Di bidang perdagangan, program yang dibahas adalah produksi Kain Tenun, minuman keras jenis Sopi dan Daun Kelor. Sementara untuk pariwisata mengenai kunjungan para wisatawan.

“Mereka menyambut baik. Jadi teknisnya Pemda membuat Mou, melakukan sosialisasi di masyarakat,” kata Ketua Komisi A Melkias L Frans di Ambon, Kamis (1/8).

Dikatakan, Kuker di Kota Kupang Provinsi NTT bertujuan untuk membicarakan program yang telah dan sedang dikerjakan Pemprov NTT. Bila ada program yang memiliki dampak pembangunan untuk kemajuan Maluku, maka program tersebut akan diadopsi penerapannya.

“Program tersebut terdiri dari empat produksi lokal. Keempat produksi yakni Kain Tenun yang pemasarannya telah menembus pasar Eropa dan Amerika. Kain ini diminta ratusan ribu lembar. Olehnya itu, Gubernur Maluku sambut baik bila wilayah KKT maupun Kabupaten MBD yang telah memproduksi kain ini di Maluku. Meski secara teknis akan ditindaklanjuti,” kata Melkias.

Kemudian, mengenai minuman keras jenis Sopi di NTT terkenal dengan sebutan Sopiah. Pemprov NTT telah bekerja sama dengan Rusia perihal pemasaran. Pemerintah membeli minuman tersebut,  kemudian diolah untuk memisahkan kandungan racun agar kandungan Sopi asli benar-benar tersaring.

“Akan dijadikan Vodka. Nah produk ini akan dibeli Pemerintah Rusia. Termasuk pemberdayaan para pengrajin dan peralatan pembuatan Sopi berstandar internasioanal.Kecuali produk yang ditinggalkan di NTT dalam bentuk minuman tradisional karena ketersediaan mereka,” pungkas Melkias.

Soal Daun Kelor, lanjut Melkias, tiap minggu Pemprov NTT mengekspor 40 ton tujuan Jepang dan sedang disiapkan pasar penjualan Daun Kelor di Eropa dan Amerika. Mengenai hal ini, Pemprov NTT bahkan mengiyakan bila Maluku berminat kerjasama produk agar bisa terlibat dalam jual beli skala internasional.

“Karena masyarakat Maluku telah mengkonsumsi sayuran ini sejak lama. Hanya membuat perkebunan Kelor saja. Lagian Pulau Seram, Buru dan Tanimbar kan luas jadi tidak ada yang kurang sebenarnya. Pasar kan sudah ada. Tinggal tanam, daun tumbuh, panen. Waktu yang dibutuhkan hanya 2-3 bulan saja,” lanjutnya.

Melkias menambahkan, sementara untuk bidang pariwisata, Pemprov NTT sedang menyiapkan daerahnya menjadi wilayah pariwisata terbesar skala internasional setelah Bali.

“Saya sarankan, bagaimana bila liburan para wisatawan itu dilanjutkan ke Maluku setelah berlibur di NTT. Mereka menyambut baik.Jadi teknisnya Pemda membuat Mou, melakukan sosialisasi di masyarakat,” pinta Melkias. (MP-9)

Pos terkait