Komisi II DPRD Malra Gelar RDP Dengan Disperindagnaker Terkait Kelangkaan Minyak Tanah

foto: Labes

Langgur, MalukuPost.com – Menyusul keluhan warga tentang kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah (mitan), DPRD Maluku Tenggara (Malra) pun bergerak cepat.

Rapat dengar pendapat (RDP) pun digelar Komisi II DPRD Malra yang dpimpin Wakil Ketua Kmisi Esebiua Utha Safsafubun, dengan mengundang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Tenaga Kerja (Disperindagnaker) setempat, Selasa (25/1/2022).

Bacaan Lainnya

Dalam rapat tersebut, anggota komisi Benediktus Fadly Rejaan menyatakan, sebagai unsur penyelenggara pemerintahan di daerah baik itu eksekutif maupun legislatif, wajib mewujudkan keadilan sosial untuk masyarakat Malra.

“Kami menemukan di lapangan ada beberapa perbedaan pendistribusian untuk pangkalan. Misalnya di Sathean ada empat pangkalan, Letvuan dan Debut masing-masing satu pangkalan. Padahal jumlah penduduk hampir sama. Kami harap agar hal ini diperhatikan, apakah mitan itu bersubsidi tersebut digunakan untuk kebutuhan ruma tangga atau industri,” tegas Fadly.

Fadly Rejaan yang adalah Politisi partai Perindo itu meminta pihak Disperindagnaker mampu membuat skema-skema dalam menjwab persoalan pendistribusian mitan dan keadilan bagi masyarakat khususnya di Kei Besar.

“Misalnya saja, warga di Sathean bisa beli mitan dengan dengan harga Rp. 3.500 per liter, sementara warga di tempat lain tidak dapat membeli dengan harga yang sama. Nah, ini yang harus menjadi tanggungjawab kita,” tandas Fadly.

Anggota Komisi II lainnya yakni Aher Onoly mengungkapkan kesulitan warga tiga kecamatan di Kei Besar dalam memperoleh mitan bersubsidi.

“Data yang kami peroleh, dari 43 pangkalan mitan di Malra hanya terdapat dua pangkalan saja di pulau Kei Besar (Elat dan Hollat). Akibatnya masyarakat di Kei Besar Utara Barat, Selatan dan Selatan Barat sulit mendapatkan mitan,” beber Aher.

Sementara itu, anggota komisi Lodefika Ohoiulun juga menyampaikan hal yang sama.

Politisi NasDem ini mengatakan, masyarakat di Kei Besar bahkan di Elat juga kesulitan mendapatkan mitan, tidak terkecuali menjelang hari raya keagamaan.

“Masyarakat disana harus rela antri berjam-jam di depan salah satu pangkalan di Elat untuk menunggu giliran. Bahkan ada warga yang sampai pingsan akibat lama mengantri,” ungkapnya.

Pos terkait